Huh..
Malam ini aku sebenarnya masih ingin bersama Kak Judika terus. Tapi, ternyata mama menjemputku. Padahal tadinya Kak Judika berniat mengajak aku pegi nonton konser setelah pulang dari pentas Seni. Terpaksa gagal acara nonton konser bersama Kak Judika. Tapi kenapa aku jadi kesal ya gara-gara acaraku dan Kak Judika gagal? Nggak mungkin kan aku ada rasa sama Pembina Vocalku itu. Apa mungkin karena tadi siang aku habis putus sama Putra, jadi aku ngrasa kesepian. Sehingga acara pergi bersama Kak Judika aku anggap sebagai obat sakit hati. Ah biarlah. Besok perasaan ini pasti juga sudah hilang.
Malam ini aku sebenarnya masih ingin bersama Kak Judika terus. Tapi, ternyata mama menjemputku. Padahal tadinya Kak Judika berniat mengajak aku pegi nonton konser setelah pulang dari pentas Seni. Terpaksa gagal acara nonton konser bersama Kak Judika. Tapi kenapa aku jadi kesal ya gara-gara acaraku dan Kak Judika gagal? Nggak mungkin kan aku ada rasa sama Pembina Vocalku itu. Apa mungkin karena tadi siang aku habis putus sama Putra, jadi aku ngrasa kesepian. Sehingga acara pergi bersama Kak Judika aku anggap sebagai obat sakit hati. Ah biarlah. Besok perasaan ini pasti juga sudah hilang.
Oh Tuhan!
Pagi ini Kak Judika mengirimi aku sms untuk membangunkanku dari mimpi. Kenapa aku merasa keGRan begini? Apa mungkin gara-gara kejadian semalam, telah menumbuhkan benih-benih cinta? Jangan sampai terjadi deh! Gak umum banget kalau sampai terjadi. Sejak sore, Kak Judika sudah ngajak aku smsan. Biasa, isinya cuma sekedar basa-basi. Aku pun juga tidak terlalu peduli. Karena aku masih sedikit memikirkan Putra. Hingga akhirnya aku benar-benar terkejut dan peduli dengan sms Kak Judika yang satu ini.
From: K.Judi kata nya
Y km gmn, mau ga. Eh seandai y km jd pacar q gt gmn y. Menurut km bs pa ga. Eh ni seandaine lo. Km mau pa ga,? Satu sms ini sudah bikin aku langsung mau pingsan. Belum lagi sms yang selanjutnya. Lalu di akhir sms, Kak Judika benar-benar nembak aku. OMG !!! Aku langsung cerita aja ke Laurent, sahabatku. Dan Laurent pun sama gak percayanya kayak aku. Dia bahkan berkata,”Rhasya, Kak Judi itu masih termasuk guru kita!!! Umurnya pun pasti di atas 23 tahun. Sedangkan kamu sendiri masih kelas 3 SMP. Emangnya kamu mau? Dan ingat, Kak Judi masih punya pacar. ”Aku pun memutuskan untuk menjawab perasaan Kak Judi besok. Tidurku nggak bisa nyenyak, bahkan Kak Judi sampai kebawa di mimpi. Aku terbayang-bayang wajah Kak Judi terus.
Hari ini aku ada pembinaan Matematika tambahan selama 2jam. Otomatis aku bakal ketemu Kak Judi. Aku benar-benar belum siap untuk ketemu Kak Judi. Karena aku juga belum nyiapin jawaban perasaanku. Pada waktu ketemu di depan R. Kepala Sekolah, Kak Judi bertanya dengan keras,”Gimana jadinya?”. Aku cuma bisa tersenyum. Di akhir pembinaan pun Kak Judi juga menanyakan hal itu lagi sambil menarik-narik tasku. Aku jadi semakin bingung. Aku belum siap jawabannya. Tapi di sisi lain, sepertinya Kak Judi serius nembak aku. Cuma status kita itu Pembina dan murid. Jadi aku mesti mikir dua kali untuk menjawab pertanyaan itu. Belum lagi Kak Judi yang masih punya pacar. Aku benar-benar nggak konsen seharian ini.
Pulang sekolah, Kak Judi melanjutkan sms yang kemarin. Aduh, mau aku balas tapi ragu-ragu, nggak dibalas malah kasihan Kak Judi. Akhirnya aku balas tapi dengan jawaban yang sama. Yaitu “Bingung”. Mau nggak mau aku harus jawab besok pagi. Aku sudah janji sama Kak Judi. Dan janji harus ditepati. Dan malam ini aku kembali nggak bisa tidur lagi.
Esok ini, aku sudah menunggu Kak Judi di depan ruangannya. Tapi tiap aku mau ngomong, aku selalu bimbang. Akhirnya kutunda hingga pulang sekolah. Padahal, selama pulang sekolah aku sama Kak Judi terus di sanggar Seni. Entah kenapa aku masih bimbang juga. Aku pun pulang dengan perasaan yang masih terbebani. Akhirnya kuputuskan buat jawab lewat sms. Aku tunggu beberapa jam, smsku belum dibalas-balas juga. Akupun berpikir, mungkin Kak Judi sudah lelah menanti jawaban dariku. Tapi sore harinya, smsku dibalas juga. Lalu dengan segera, aku langsung jawab pertanyaan Kak Judi.To: K.Judi : Qw jwb “IYA”…
Cuma 3 kata itu yang aku kirimkan. Dan kita pun jadian juga. Awalnya, aku
ngrasa nggak yakin dengan kisah cinta ini. Baru 2hari jadian, aku sempat
berpikir buat mutusin dia karena faktor status. Tapi Laurent melarangku. Dia
bilang itu sama saja aku mempermainkan Kak Judi. Akhirnya aku coba jalani semua
ini. Dan ternyata berhasil. Perlahan-lahan aku mulai terbiasa dengan cara
pacaran kita yang “Backstreet”. Walaupun begitu, ada satu yang masih tertinggal
di hatiku. Pacar Kak Judi. Aku nggak mau dituduh yang enggak-enggak. Aku sudah
berusaha bilang pada Kak Judi kalau aku nggak mau diduakan. Tetapi Kak Judi
hanya bisa berkata,”Sabar.”
Tak terasa hubungan kita sudah 2 minggu. Dan di minggu kedua inilah mulai timbul masalah. Sewaktu aku telepon Kak Judi, dia cerita kalau pacarnya tahu hubunganku dengan Kak Judi. Aku pun takut setengah mati. Apalagi pacarnya lebih tua daripada aku. Bisa-bisa aku dilabrak. Sebenarnya ini juga salahku sendiri kenapa mau menerima Kak Judi. Di telepon itulah aku langsung mutusin Kak Judi. Paginya, Kak Judi bersikap seolah tidak pernah putus. Aku sempat menghindar. Karena aku sendiri nggak rela mutusin Kak Judi. Pulang sekolah, Kak Judi ngajak aku ngobrol. Terus aku coba tegasin hubungan kita sekarang. Tapi Kak Judi meminta untuk tetap lanjut. Jujur, aku juga masih ingin bersama Kak Judi. Aku pun menerima Kak Judi kembali.
Setelah kejadian itu, kupikir sudah tidak ada lagi kejadian lain yang terjadi di antara kita. Tapi ternyata dugaanku meleset. Seminggu kemudian saat aku baru saja bangun dari tidur siang, tiba-tiba aku mendapat sms dari nomer tak dikenal. Setelah kubaca isinya, aku langsung sadar kalau itu adalah sms dari pacar asli Kak Judi. Aku benar-benar takut kali ini. Tanpa pikir panjang, aku segera mutusin Kak Judi lagi lewat sms.
Ini benar-benar keputusan terakhirku. Sejak saat ini dan selamanya, aku nggak mau dekat lagi sama Kak Judi. Walaupun sebagai muridnya. Aku sudah terlanjur sayang dan cinta banget sama Kak Judi, tapi sekarang aku juga sudah terlanjur sakit hati. Aku benar-benar nggak mau lihat muka Kak Judi lagi di sekolah. Hari ini, aku sengaja menghindar dari Kak Judi. Tiap aku tahu Kak Judi mau lewat jalan yang sama kayak aku, aku selalu sembunyi di kelas terdekat. Sampai istirahat pertama, aku berhasil menghindar dari Kak Judi. Aku cuma ngelihat mukanya dari jauh. Aku nggak pingin Kak Judi tahu kalau aku masih merhatiin dia.
Ketika aku duduk rame-rame dengan teman-teman se-genk di kantin, Bu Yuni menyuruhku untuk fotocopy daftar nilai di kantor. Ugh, sia-sia usahaku menghindar dari Kak Judi hari ini. Karena di sekolah, Kak Judi lah yang biasa melayani untuk fotocopy. Berarti aku mau nggak mau harus ketemu Kak Judi juga. Pas sudah sampai di kantor, aku Cuma bilang fotocopy, sedetikpun tidak memandang wajahnya. Lalu katanya, “Tinggal aja dulu. Masih antri soalnya.”. Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan kantor. Benarnya nggak sopan juga. Tapi kali ini aku nggak peduli sama etika kesopanan kalau berhadapan sama Kak Judi. Soalnya aku benar-benar sakit hati. Setengah jam kemudian, aku mengambil fotocopyan itu. Aku juga nggak bilang makasih sedikitpun. Dan saat aku membaca mading, Kak Judi kebetulan lewat dan memegang pundakku seraya bertanya,”Nggak pulang tah?”. Tapi aku sama sekali menggubrisnya. Benar-benar bukan sikap murid pada umumnya. Yah…Cinta ini juga tidak semestinya. Hari pertama setelah aku putus dengan Kak Judi begitu berat bagiku. Malamnya aku langsung sms supaya besok bisa ngomong sebentar cuma buat ngejelasin masalah ini.
Berhari-hari aku sudah berusaha nyempetin waktuku buat ngomong sama Kak Judi. Karena ku ngrasa ada yang masih tertinggal di hatiku kalau aku nggak ngomong langsung sama Kak Judi. Tetapi berhari-hari juga Kak Judi sibuk. Jadi gak ada waktu buat ngomong sama aku.
Ya beginilah akhir kisahku dengan Kak Judi. Yang hanya menyisakan puing-puing hati yang sudah hancur. Tak terasa seminggu lebih kulalui tanpa Kak Judi. Entah kenapa bayangan Kak Judi masih menghantui hari-hariku. Mimpiku selalu dipenuhi kehadiran Kak Judi. Semuanya tentang Kak Judi belum bisa hilang dari hatiku. Aku sudah berusaha mencobanya. Rupanya sia-sia. Aku benar-benar masih sayang Kak Judi.
Suatu malam, Kak Judi meneleponku. Dia berkata kalau dia juga masih sayang aku. Tetapi dia bingung harus gimana. Dia bilang biar waktu saja yang menjawab. Katanya, walaupun aku dulu cuma kekasih gelapnya, tapi cinta dia sempat dalem ke aku. Kata-kata Kak Judi malam itu semakin membuat aku nggak bisa lupain dia.
Untuk waktu ke depan, aku nggak mau pacaran dulu. Aku ingin menyimpan rasa sayangku ke Kak Judi untuk sementara waktu sampai aku benar-benar melupakannya. Biarlah semua yang indah menjadi kenangan yang terus tersimpan dalam lubuk hatiku. Biarlah yang pahit kubuang bersama rasa sakit hatiku ini. Cukup satu kali aku merasakan pacaran dengan guru. Akan aku jadikan pengalaman yang tak akan pernah terulang.
Buat semua yang baca kisah ini, jangan pernah ditiru. Karena di akhirnya kalian bakal ngrasain susah sendiri. Mencintai seseorang yang tidak selayaknya dicintai. Memendam cinta yang tak semestinya. Berat sekali untuk diri kita.
0 komentar:
Posting Komentar